(Oleh: Sudirman, S.Pd.I)*
1.
POTRET PERAYAAN VALENTINE DAY: Lubang
Buaya di Bulan Februari
“Sungguh kalian akan mengikuti
sunnah (perilaku) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta
demi sehasta, hingga andaikata mereka menelusuri lubang biawak/buaya, niscaya
kalian akan menelusurinya pula”. (H.R.al-Bukhari)
"Di tahun ini aku ingin
melaluinya (valentine) dengan seseorang yang aku kenal tiga tahun yang lalu.
Berada di suatu tempat yang banyak ditumbuhi bunga mawar merah. Trus, banyak
coklat bebentuk hati bergelantungan di sana-sini…, kemudian cowokku menyuruhku
untuk tutup mata dan ia memakaikan kalung liontin pink berbentuk
hati....."(Jawa Pos,8/2/02)., cha’illeee romantis nie..., itulah salah
satu ungkapan yang menggambarkan angan-angan seorang gadis di hari Valentine
Di
setiap Bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal,
pusat-pusat hiburan, ber-sibukria
berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar “hajatan” yang tak jarang
berlangsung hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal: arisan, eh salah! VALENTINE’S
DAY!. Biasanya mereka saling
mengucapkan “Selamat hari valentine’”,
berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, curhat, menyatakan sayang, hingga free sex (!??) karena
anggapannya pada saat itu adalah “hari kasih sayang”. Idih,, syerem bangeeeet..
Mendekati Valentine Day, banyak orang yang sudah mempersiapkan
diri sebaik-baiknya. Ada yang menyiapkan kado bagi orang yang dikasihi semisal coklat, bunga, boneka, parfum dan sandal jepit
(emang mau ke sawah neng!??),. Seolah-olah tanpa adanya kado berupa benda-benda
di atas, ungkapan kasih sayang jadi kurang afdhol. Selain itu ada juga yang
jauh hari sudah menyiapkan baju untuk menghabiskan momen Valentine bersama sang
kekasih. Ada yang menicure pedicure (itu tuh, perawatan kuku yang ngabisin
duit), ganti rambut model baru, mandi kembang tujuh rupa (ini mau Valentine apa
mau nyantet!). Tapi parahnya, ada juga yang menyiapkan kondom demi menyambut
hari tsb. Waduh…apa-apaan-nih.....!
Kota Medan pada moment Valentine tahun 2009, penjualan kondom malam Valentine Day terdongkrak tajam dibanding hari biasa. Beberapa di antaranya adalah apotek-apotek yang mengaku bahwa sedikitnya 20 kotak kondom berisi 3 buah merek apapun ludes terjual khusus di malam Valentine Day. Fenomena merebaknya perbuatan mesum ini juga ditemukan di Thailand. Dalam hal ini pemerintah pun turun tangan dengan menyalakan semua lampu di taman-taman umum di malam Valentine. Para orang tua pun diminta untuk mengawasi anak-anaknya. Polisi dan mereka yang peduli pendidikan remaja mengadakan razia ke hotel-hotel untuk mencegah terjadinya pesta seks di malam Valentine. So, Apa yang kita tangkap dari perayaan di atas? Yap! VALENTINE DAY memang Lubang Buaya di Bulan Februari..
Kota Medan pada moment Valentine tahun 2009, penjualan kondom malam Valentine Day terdongkrak tajam dibanding hari biasa. Beberapa di antaranya adalah apotek-apotek yang mengaku bahwa sedikitnya 20 kotak kondom berisi 3 buah merek apapun ludes terjual khusus di malam Valentine Day. Fenomena merebaknya perbuatan mesum ini juga ditemukan di Thailand. Dalam hal ini pemerintah pun turun tangan dengan menyalakan semua lampu di taman-taman umum di malam Valentine. Para orang tua pun diminta untuk mengawasi anak-anaknya. Polisi dan mereka yang peduli pendidikan remaja mengadakan razia ke hotel-hotel untuk mencegah terjadinya pesta seks di malam Valentine. So, Apa yang kita tangkap dari perayaan di atas? Yap! VALENTINE DAY memang Lubang Buaya di Bulan Februari..
2.
VALENTINE DAY: HARI KASIH SAYANG??
Valentine
Day berawal dari suatu peristiwa yang lebih tepat disebut sebagai pesta
kemaksiatan. Peristiwa tersebut merupakan suatu ritual bagi bangsa Pagan Roma
yang dinamakan Lupercalian Festival. Dalam kepercayaan Pagan Roma, bulan Februari dianggap sebagai
bulan penuh “cinta” dan bulan kesuburan. Lupercalian sendiri merupakan nama
Dewa Kesuburan. Selain Roma, kepercayaan Pagan Yunani Kuno juga meyakini bulan
Februari—tepatnya pertengahan Januari dan mencapai puncaknya pada pertengahan
Februari—merupakan bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada perkawinan Dewa
Zeus dan Hera. Baik kepercayaan Pagan Roma maupun Pagan Yunani, keduanya
meyakini bahwa Februari merupakan bulan penuh gairah dan cinta (baca: syahwat).
Lantas sebenarnya apa sih Lupercalia itu? Lupercalia Festival
merupakan sebuah perayaan yang berlangsung pada tanggal 13 hingga 18 Februari
dan pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama,
dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Juno Februata). Di pagi hari tanggal 13,
pendeta tertinggi pagan Roma menghimpun muda-mudi untuk mendatangi kuil
pemujaan. Semua nama perempuan muda ditulis dalam lembaran kecil dan dimasukkan
ke dalam wadah serupa kendi besar.
Setelah itu, sang pendeta mempersilakan para pemuda satu persatu
untuk mengambil satu kertas secara acak. Setiap nama gadis yang terambil, maka
ia harus menjadi pasangan pemuda yang mengambilnya dan berkewajiban melayaninya
hingga Lupercalian Festival tahun depan. Tanpa ikatan perkawinan, mereka bebas
berbuat apa saja. Dan malam pertama di hari itu, malam menjelang 14 Februari
hingga malam menjelang 15 Februari, di seluruh kota, para pasangan baru itu
merayakan apa yang kini terlanjur disebut sebagai ‘Hari Kasih Sayang’.
Pada tanggal 15 Februari, mereka kembali mendatangi kuil
pemujaan untuk berdoa kepada Dewa Lupercalia agar dilindungi dari gangguan
serigala dan roh jahat. Dalam upacara ini, pendeta pagan Roma membawa dua ekor
kambing dan seekor anjing yang kemudian disembelih sebagai persembahan kepada
Dewa Lupercus. Persembahan ini kemudian diikuti dengan ritual meminum anggur. Setelah
itu, para pemuda mengambil satu lembar kulit kambing dan berlari di jalan-jalan
kota sambil diikuti oleh para gadis yang berlomba-lomba mendapatkan sentuhan
kulit kambing terbanyak. Para perempuan Romawi kuno sangat percaya bahwa hal
tersebut mampu membuat mereka bertambah
subur,muda, dan cantik.
Ketika
agama Kristen Katolik masuk Roma mereka mendapat hambatan dalam penyebaran
agama sehingga diputuskan untuk mengadopsi beberapa budaya setempat. Merekapun mengadopsi
upacara ini (Lupercalia Festival) dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Di
antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih
mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan
upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14
Februari. terdapat beberapa versi kisah Valentine yang mati pada 14 Februari
yang sebenarnya masih simpang-siur dan tidak diketahui kepastianya salah
satunya dikisahkan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan
lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah.
Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya
dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum
gantung pada 14 Februari 269 M. Dalam sejarahnya perayaan
Hari Valentine kemudian resmi menjadi salah satu perayaan gerejawi berabad
kemudian. Namun pada sekitar tahun 1960-an, Gereja secara resmi menghapus
perayaan ini dari daftar kalender gereja. TIndakan ini merupakan bagian dari
upaya gereja untuk menghapus berbagai ritual yang sebenarnya tidak diketahui
asal-usulnya atau sekadar mitos yang tidak berdasar.
3.
MISI DI BALIK PERAYAAN VALENTINE DAY
Dari
pemaparan di atas, jelaslah sudah bahwa tradisi Valentine Day sebenarnya
berasal dari ritual penyembahan terhadap para dewa yang sangat lekat
dengan pesta free sex. Tidak ada
hubungannya dengan ketulusan, cinta atau kasih-sayang yang sesungguhnya. Meski demikian anehnya hingga kini perayaan
Valentine Day makin mendapat simpati dan seoloah menjadi trend generasi kita
baik muslim maupun non muslim. Mengapa demikian? Paling tidak ada tiga misi di
balik Valentine day
Pertama: Penghancuran
aqidah: Misi penghancuran
ini tentu saja menjadi point utama dalam penyebaran ‘virus’ Valentine. Bagi
umat Islam memperingati suatu hari raya yang dikhususkan untuk agama tertentu
adalah pengingkaran terhadap keislamannya. Hal ini sebagai konsekwensi dari
syahadat yang telah di ucapkan. Para penyeru kebatilan sangat sadar akan hal ini,
mereka sengaja memanfaatkan eforia generasi muda yang masih labil dengan terus
melestarikan budaya yang dapat merusak aqidahnya. Sebagaimana diketahui bahwa
penghancuran suatu umat saat ini lebih efektif dilakukan melalui budaya dan
kesenangan syahwat.
“Misi Utama Kita bukanlah menjadikan kaum Muslimin beralih agama
menjadi yahudi, tapi cukuplah dengan menjauhkan mereka dari Islam....kita
jadikan mereka sebagai generasi muda Islam yang jauh dari Islam, malas bekerja
keras, suka berfoya-foya, senang dengan segala kemaksiatan, memburu kenikmatan
hidup, dan orientasi hidupnya semata utk memuaskan hawa nafsunya.."
(Pidato samuel Zwemmer, tokoh Yahudi, dlm Konfrensi Missi di Yerusalem, 1935)
“Kita
tidak akan bisa mengalahkan kaum Muslimin dengan kekuatan fisik dan
persenjataan. Namun kita dapat menundukkan mereka dengan senjata mereka
sendiri. Dan senjata mereka adalah Al-Qur’anul karim. Maka jauhkanlah generasi
muslim dari Al-Qur’an! Ubalah bacaan dan kesenangan mereka dari kitab suci
menjadi majalah, komik. Ubalah kegemaran mereka dari mesjid menuju mol-mol, diskotik dan kegemaran terhadap
musik, minuman dan wanita” (Zwemmer)
Kedua: Perusakan moral:
Perusakan moral
merupakan ‘buah’ dari perusakan aqidah, sebab jika manusia sudah kehilangan
prinsip hidup, ia akan sangat mudah di pengaruhi. Hal ini sangat sukses
terbukti dengan mudahnya generasi kita terbawa arus destruktif, menjadi bangsa
pengekor, hingga apa saja yang dipropagandakan jika dikemas dengan menarik dipastikan laris manis. Misalnya
fenomena 4F: fun, food dan fashion. FUN
(hiburan): kedamaian yang sejatinya ditemukan saat mengamalkan nilai-nilai
agama beralih dengan nyanyian, disko dan dansa-dansi (lihat saja fenomena
merebaknya boy band dan girl band). FOOD (makanan) yang sebaiknya adalah yang halalan toyyiban menjadi gemar kepada
miras, obat-obatan, budaya standing party dll. FASHION (pakaian): yang sebaiknya adalah menutup aurat malah menjadi
gemar buka-bukaan, makin minim makin terkenal, makin nge-trend dan dianggap
modern
Ketiga: Keuntungan
Bisnis: Sebenarnya,
Hari Valentine tidak akan menjadi semeriah dan segemerlap seperti sekarang jika
tanpa adanya campur-tangan para pebisnis. Sudah menjadi hukum kapitalisme,
bahwa para pebisnis senantiasa mencari-cari celah sekecil apa pun guna
dijadikan obyek bisnis yang bisa mendatangkan keuntungan material bagi dirinya.
Celah ini termasuk perayaan-perayaan keagamaan, yang oleh mereka dijadikan
sebagai ‘perayaan bisnis’. Sejumlah pebisnis yang
harus bertanggungjawab atas dilestarikannya Hari Valentine antara lain adalah
pebisnis kartu ucapan, pebisnis bunga, pebisnis media massa, pebisnis coklat,
dan sebagainya. Ada banyak orang yang memanfaatkan momentum ini dan
memperalatnya menjadi momentum mengeruk keuntungan yang luar biasa banyaknya,
tanpa peduli bahwa yang dimanfaatkannya merupakan suatu perayaan yang bersifat
merusak moral dan kemanusiaan.
4.
HUKUM VALENTINE DAY
Keinginan
untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut
menjadi tercela apa bila orang atau budaya yang diikuti tersebut berseberabgab
dengan aqidah atau keyakinan kita. Rasulullah bersabda: “ Barang siapa meniru
suatu kaum, maka ia termasuk golongan kaum tesebut” UHR.Tirmizi)
bila dalam
merayakannya bermaksud untuk mengenang St.Valentin maka tidak disangsinkan
kembali bahwa hal itu adalah kekufuran. Adapun jika ia tidak bermaksud demikian
maka ia telah melakukan perkara munkar yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
berkata: “ Meberi selamat atas ritual non muslim yang khusus dirayakan untuk
mereka telah disepakati hukumnya adalah haram”. jika ucapan selamat
saja dilarang, bagaimana pula halnya dengan melakukannya...
Syaikh Al-Utsaimin
rahimahulloh ketika ditanyai tentang hukum valentine’s day, beliau menjawab:
merayakan hari valentine itu tidak dibenarkan”, karena, pertama: ia merupakan
hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya dalam syari’at Islam. Kedua: Ia
dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan yang bertentangan
dengan petunjuk shalafusshalih.
Hendaknya setiap
muslim merasa bangga dengan agamanya, janganlah menjadi orang yang tidak
mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Di antara dampak buruk dari ikut-ikutan
adalah bahwa hal tersebut berarti telah iktu mempopulerkan ritual-ritual mereka
sehingga terhapusla nilai-nilai Islam .Dampak lainnya adala jika ikut-ikutan
berarti telah menambah banyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti keyakinan
mereka...., padahal setiap hari kita berucap: “Tunjukilah kami jalan yang
lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah engkau anugrahkan nikmat kepada
mereka, , bukan jalan mereka yang dimurkai bukan pula jalan mereka yang
sesat....(Alfatihah:6-7).
5.
SAY NO TO VALENTINE DAY
Sebagai agama
pamungkas, Islam dengan tegas memposisikan diri sebagai agama yang diridhai
oleh Allah, dan siapa saja yang ingin mencari agama selain Islam maka agamanya
tidak akan diterima (lihat Ali Imran ayat 19 dan 185).Setelah kita mengetahui
bahwa Valentine's Day sama sekali tidak memiliki kaitan
sejarah dengan Islam, maka menjadi tugas semua remaja Islam untuk menghindari
dan tidak ikut serta dalam sebuah budaya yang tidak bersumber dari ajarannya. Valentine's Day bukanlah simbol dan identitas remaja Muslim
karena ia merupakan hari raya kalangan paganis.
Apa yang menimpa
remaja Muslim saat ini tak lebih dari dampak keruntuhan peradaban Islam yang
sejak lama berlangsung. Remaja Muslim masa kini yang "buta" terhadap
peradabannya sendiri disebabkan karena adanya serangan budaya yang gencar
menusuk jantung pertahanan budaya kaum Muslimin. Kemampuan mereka untuk bertahan
dengan pemahaman yang rapuh menjadikan mereka terseret arus besar peradaban
dunia yang serba permisif, hedonis, dan materialistik. Lumpuhnya pertahanan
mereka terhadap gencarnya serangan budaya lain yang terus menggelombung
menjadikan mereka harus takluk dan menjadi "budak" budaya lain. Maka,
sudah saatnya bagi remaja Muslim untuk memacu diri melakukan gerilya besar
dengan mengusung nilai-nilai Islam. Sehingga dia mampu mengendalikan diri untuk
tidak terpancing, apalagi larut dengan budaya-reliji lain. Generasi muda Muslim
hendaknya mampu membangun benteng-benteng diri yang sulit ditembus oleh
gempuran-gempuran perang pemikiran yang setiap kali akan mengoyak-oyak benteng
pertahanan imannya.
Apa yang mesti
dilakukan oleh kalangan muda Islam di zaman serba kompleks ini?. Pelajarilah Islam
dengan baik dan benar. Jadikan ia sebagai jalan hidup yang musti pegang bahkan
digigit kuat-kuat dengan geraham. Ayo tegakkan Islam!! Say no to valentine
Day!!
*Penulis adalah Sekum
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) NTB Tahun 2006-2008 dan
sekarang sebagai tenaga pengajar di
SMA Islam Sumbawa
bagus sekali artikelnyaa. sangat bermanfaat .
BalasHapusmudah-mudahan mereka tahu dan sadar akan perbuatan mereka itu..
amin